Selasa, Maret 31, 2020

Dedi Mulyadi Yakinkan Kebudayaan Sunda Bisa Hindari Bencana Alam Dan Wabah Virus Corona.

Dedi Mulyadi (foto: net)
Purwakarta.in | Kebudayaan Sunda memiliki konsep tata kelola kehidupan yang sehat dan selaras dengan alam semesta. Tradisi nenek moyang di Jawa Barat itu bisa menjadi masukan bagi masyarakat saat ini, untuk menghindari bencana alam dan wabah seperti virus corona.

Budayawan Jawa Barat Dedi Mulyadi meyakinkannya. Ia menjelaskan, salah satu aspek dalam kebudayaan Sunda yang disebut dengan istilah tri tangtu di buana, yakni pembagian tata ruang menjadi tiga wilayah.

Dedi menyebutkan, ketiganya ialah dunia atas yang terdiri dari pegunungan, dunia pertengahan untuk perkampungan, dan dunia bawah yakni pantai. Di antara ketiganya memiliki jarak yang cukup jauh satu sama lain.

"Perkampungan penduduk ada di tengah itu untuk menghindari bencana, makanya tidak boleh ada perkampungan di lepas pantai dan gunung," kata Dedi, Minggu 29 Maret 2020. Wilayah selain pemukiman itu dijadikan hutan untuk menjaga kelestarian alam semesta.

Konsep perkampungan penduduk dalam kebudayaan Sunda juga memiliki aturan tertentu. Salah satunya, setiap perkampungan tidak diperbolehkan berisi lebih dari 40 unit rumah untuk menjaga ekosistem dan ketersediaan pangan bagi para penduduknya.

"Kemudian, antara satu rumah dengan rumah lainnya harus berjarak mungkin bisa 40 meter jaraknya itu," ujar Dedi. Saat ini, aturan tersebut sejalan dengan konsep jarak sosial (social distancing) untuk mencegah penularan virus corona.

Di setiap rumah juga berlaku larangan bagi orang luar untuk memasuki ruang tengah. Bahkan, Dedi mengatakan, masyarakat zaman dahulu kerap menyimpan bawang putih di pintu untuk mencegah masuknya virus.

Dedi menegaskan, hal itu sebagai pantangan, selain melanggar privasi juga dikhawatirkan dapat menularkan penyakit. "Bayangkan kalau tamu berpenyakit masuk ke ruang tengah. Makanya dia hanya boleh sampai di depan (ruang tamu)," katanya.

Sementara itu, dalam hal yang lebih personal seperti aktivitas makan dan minum nenek moyang di Jawa Barat zaman dahulu juga dinilai apik. Dedi menceritakan kebiasaan mereka sebelum makan, ialah membersihkan tangan terlebih dahulu menggunakan garam.

Dedi mengatakan, khasiat garam ialah antiseptik untuk membunuh bakteri dan virus. Sama halnya dengan daun sirih yang dijadikan makanan "pencuci mulut" setelah menyantap makanan utamanya.

"Jadi ada bawang putih, daun sirih, dan garam tadi untuk mencegah virus corona. Orang Sunda juga dilarang makan hewan pembawa penyakit, seperti kelelawar, tikus. Itu relevan untuk kehidupan saat ini," tutur Dedi.

Lebih lanjut ia pun mengkritisi tata kelola pembangunan di Indonesia yang masih tersentralisasi di ibu kota dan sekitarnya. Dampaknya baru terasa setelah muncul wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung justru jadi sumber bencana.

Menurutnya, masyarakat urban yang tinggal di perkotaan banyak mengabaikan aspek keselarasan antara kehidupan manusia dan alam semesta. Karena itu, Dedi mengajak semua pihak untuk mengevaluasi diri dan tata kelola yang selama ini dilakukan.

"Belum tentu corona ini penyakit yang terakhir. Makanya saya selalu ngomong revisi tata ruang, revisi tata ruang," tutur Dedi sebagai Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2019-2024.



Sumber :Pikiran-rakyat.com

avatar
Redaksi Purwakarta.in Online
Welcome to Purwakarta.in
Chat ke Redaksi