Senin, April 27, 2020

Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Corona, NASA Rancang Ventilator

Foto: Ventilator Pernapasan. (Istock/sturti)
Purwakarta.in | Tingginya angka infeksi virus corona membuat rumah sakit kewalahan menyediakan ventilator untuk pasien Covid-19 yang parah. Mengantisipasi gelombang kedua pandemi corona, NASA ikut mengembangkan alat medis ini. 

Sekelompok tim insinyur badan antariksa Amerika ini telah mengembangkan ventilator yang dapat diproduksi secara massal dan dirancang khusus untuk pasien Covid-19. 

Melansir Science Alert, Sabtu (25/4/2020), terkait produk ventilator ini, tim insinyur NASA juga telah mengajukan permohanan untuk mendapat persetujuan darurat dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. 

Tim insinyur di Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, merancang dan membangun ventilator hanya dalam 37 hari.

Ventilator buatan NASA ini dilabeli dengan nama VITAL (Ventilator Intervention Technology Accessible Locally), menggunakan seperlima bagian yang diperlukan pada ventilator konvensional. 


Oleh karenanya, ventilator ini diklaim lebih mudah untuk diproduksi secara massal dan cepat. Administrator NASA mengatakan lisensi atas produksi ventilator ini nantinya akan ditawarkan secara gratis untuk membantu mempercepat distribusi alat bantu pernapasan tersebut ke rumah sakit. 

Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi tanggap darurat dalam menghadapi kemungkinan adanya gelombang kedua pandemi corona ini.

Sebab, para ahli memperkirakan jika gelombang kedua Covid-19 ini terjadi, maka kebutuhan akan ventilator juga akan meningkat di seluruh negeri. 


"Unit perawatan intensif melihat pasien Covid-19 yang membutuhkan ventilator sangat dinamis," kata Dr. J.D Polk, kepala petugas kesehatan dan medis NASA, seperti dikutip dari Business Insider.

Dr. Polk mengatakan VITAL bertujuan untuk mengurangi kemungkinan pasien akan mencapai stadium lanjut dari penyakit Covid-19 dan memerlukan bantuan ventilator. Prototipe ventilator NASA ini telah diuji di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York.


"Pengujian (ventilator) itu luar biasa," kata Dave Gallagher, associate director JPL yang bekerja dengan tim. Para insinyur NASA telah melakukan improvisasi pada alat bantu pernapasan medis ini untuk dapat membantu mengatasi pasokan ventilator dalam upaya penanganan pandemi corona saat ini.


Mereka berharap ada produsen yang dapat memproduksi perangkat ini tanpa mengurangi produksi ventilator konvensional yang ada. Gallagher memperkirakan biaya produksi ventilator ini sekitar 2.000-3.000 dolar Amerika Serikat. 


Jika dibandingkan dengan produksi ventilator pada umumnya, biaya terendahnya bisa mencapai 16.000 dolar Amerika Serikat.

Cegah kekurangan ventilator Banyak wilayah di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat telah melewati puncak gelombang pertama pandemi virus corona, SARS-CoV-2. 


Kendati demikian, para ahli memperkirakan Covid-19 tetap akan menjadi masalah sampai vaksin virus corona baru ini dapat disetuji. Ketika banyak wilayah dan otoritas setempat melonggarkan pembatasan, maka berbagai aktivitas bisnis akan kembali bergerak, orang-orang juga akan mulai bergaul lagi. 

Hal ini, kata ahli, akan dapat kembali memicu penyebaran virus corona tersebut. Gelombang infeksi baru, mungkin saja bisa terjadi dan tidak terkendali, jika pengawasan tidak lagi dilakukan secara ketat, baik dengan pembatasan maupun dengan lockdown.

Di setiap tempat, di mana gelombang infeksi berikutnya membanjiri rumah sakit, maka potensi kekurangan ventilator dapat terjadi. 


Kondisi itu hampir terjadi di New York pada akhir Maret dan awal April lalu. Sedangkan di Italia, kurangnya ketersediaan ventilator telah menjadi mimpi buruk, sehingga membuat dokter harus memutuskan pasien mana yang diprioritaskan. 

Jika perangkat baru yang dibuat NASA dapat diproduksi dan didistribusikan secara luas di seluruh dunia, gelombang kedua pandemi virus corona ini dapat dicegah.

avatar
Redaksi Purwakarta.in Online
Welcome to Purwakarta.in
Chat ke Redaksi