Minggu, April 26, 2020

Geger! Muncul Wabah Salamander, Patogen yang Mirip Virus Corona

Salamander api. (Pixabay)
Purwakarta.in - Akhir-akhir ini, sebuah patogen baru dari Asia yang memiliki kemiripan dengan virus corona menyebar di dalam distrik Ruhr Jerman. Patogen tersebut diketahui sebagai wabah salamander.

Para ahli dari German Press Agency (dpa) yang dilansir oleh Express, patogen baru itu adalah jamur kulit yang mematikan, Batrachochytrium salamandrivorans, lebih dikenal sebagai "Bsal". Ia menimbulkan ancaman dan bisa mematikan bagi hewan tertentu.


Diketahui jamur ini sangat berbahaya bagi salamander api, amfibi yang dikenal karena tubuh hitamnya dengan tanda kuning cerah, dan kadal jambul. Mereka termasuk spesies yang dilindungi di Jerman.


Menurut pakar kesejahteraan hewan Dortmund, Hans-Dieter Otterbein, untuk organisasi konservasi alam Agard menjelaskan bahwa jamur kulit kemungkinan besar berasal dari Asia, namun wilayah pastinya masih belum jelas.

Patogen berbahaya pertama kali muncul di Rhine-Westphalia Utara di Eifel utara tetapi telah menyebar ke daerah Ruhr dan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah salamander api di sana.


Menurut pakar perlindungan hewan Otterbein mengatakan bahwa wabah salamander juga merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup amfibi ekor Eropa lainnya.


Menurut ahli, Bsal pertama kali terdeteksi di Essen pada 2018, kemudian di Bochum, Witten. Lalu sejak akhir 2019, pada beberapa salamander api di hutan di Dortmund.

Pakar pun melihat koneksi yang mencolok antara Bsal dengan virus corona Covid-19, yang saat ini menyapu seluruh dunia dan menyebabkan ribuan kematian.


Otterbein telah memperhatikan bahwa jamur kulit muncul paling menonjol di daerah-daerah berpenduduk padat, di mana banyak orang berkumpul. Akibatnya, ia menyerukan agar rantai infeksi segera diputus, seperti halnya pandemi corona.


Tapi dia mencatat perbedaan antara kedua penyakit itu adalah bahwa Covid-19 adalah virus, sedangkan Bsal menginfeksi dengan spora jamur.


Spora jamur ini sebagian besar ditemukan di tanah hutan. Lalu akan dibawa misalnya oleh lumpur di sepatu atau sepeda.


Dari lumpur yang terkontaminasi kemudian dipindahkan ke daerah lain, di mana jamur kemudian dapat berkecambah dan menyebar lebih jauh.


Akibatnya, ahli meminta pendaki, pengendara sepeda, pemancing, rimbawan dan pemburu atau siapa pun yang berjalan melalui daerah pedesaan, untuk mendisinfeksi sepatu dan peralatan mereka jika bersentuhan dengan tanah hutan.


Namun dia juga menyarankan pejalan kaki anjing untuk menjaga hewan peliharaan mereka di kalung anjing, karena spora juga dapat disebarkan oleh anjing yang berlari melalui hutan

avatar
Redaksi Purwakarta.in Online
Welcome to Purwakarta.in
Chat ke Redaksi